https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Tunggu Panen Perdana, Petani Pandeglang Sumringah

Tunggu Panen Perdana, Petani Pandeglang Sumringah

Banten, kabarsawit.com - Petani kelapa sawit Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten saat ini tengah sumringah. Pasalnya kebun kelapa sawit yang diremajakan sejak 3 tahun lalu sudah mulai berbuah. Malah panen perdana tinggal menunggu hari.

Diinformasikan Ketua Aspek-PIR Banten, M Nur rencananya kebun PSR di Kecamatan Cikeusik itu akan dipanen perdana pada Juni-Juli mendatang. "Kebun yang sudah masuk masa panen ada sekitar 200 hektare. Ini kebun PSR tahun 2020 kemarin," ujarnya kepada kabarsawit.com, Senin (29/5).

M Nur juga mengaku tidak sabar menunggu panen perdana ini. Sebab nantinya akan langsung dihadiri oleh Gubernur Banten.

Rencananya saat gelaran itu dilangsungkan, petani akan meminta kepastian terkait penetapan harga TBS dari pemerintah sesuai Permentan. Sebab saat ini harga kelapa sawit masih ditentukan oleh perusahaan yang ada di Banten.

"Kita akan tagih regulasi itu. Kita gak mau Banten terus-terusan menjadi daerah penghasil kelapa sawit dengan harga terendah se-Nusantara," paparnya.

Bicara PSR, saat ini Kata M Nur ada 300 hektare yang diajukan oleh dua kelompok tani untuk diremajakan akhirnya disetujui BPDPKS. Usai hampir satu tahun diajukan kini lahan tersebut masih dalam tahap rekomtek.

"Alhamdulillah, 300 kebun kelapa sawit itu tinggal tahap pihak ketiga saja," ujarnya.

M Nur mengaku saat ini pihaknya juga cemas dengan adanya informasi tengah dikajinya penambahan dana PSR yang sampai Rp60 juta/hektar itu. Ia khawatir jika lahan yang diajukan petani masih terdaftar sebagai penerima dana hibah Rp30 juta/hektar.

"Kita berharap lahan ini masuk dalam penerima Rp60 juta/hektar jika diputuskan tahun ini," pintanya.

 

Bukan tanpa sebab, kekhawatiran M Nur itu karena dana hibah Rp30 juta/hektare tidak cukup untuk menyelesaikan peremajaan itu. Artinya petani masih kudu berhutang untuk mencukupi hingga kebun kelapa sawitnya berproduksi.

"Kalau Rp30 juta/hektare berat. Salah-salah justru kebun tidak terawat," terangnya.

Menurutnya kondisi ini pernah terjadi pada dana hibah yang hanya Rp25 juta/hektar lalu. Kebun kelapa sawit petani justru tidak terawat dan PSR tidak maksimal.

Bicara terkait minat petani untuk PSR, kata M Nur di Banten masih cukup rendah. Pasalnya petani masih ragu dengan beragam syarat yang dinilai justru menyulitkan petani. Kemudian tingginya harga yang kini menyentuh angka Rp1.900/kg membuat petani masih enggan untuk melakukan peremajaan.

"Kita berharap kebun yang 300 hektare itu menjadi contoh bagi petani lainnya. Sehingga capaian PSR di Banten Sakin bagus," tandasnya.