https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Oalah! Toke Sawit di Daerah Ini Akui Lebih Muatan Truk Agar Dapat Cua

Oalah! Toke Sawit di Daerah Ini Akui Lebih Muatan Truk Agar Dapat Cua

Ilustrasi- truk muatan TBS sawit melintas di jalanan Kabupaten Siak, Riau. Foto: Sahril

Bengkulu, kabarsawit.com - Banyak pemilik loading ramp atau peron sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, sengaja melebihkan muatan truk pengangkut tandan buah segar (TBS).

Barlian Utama misalnya. Toke sawit ini mengaku, trik melebihkan muatan truk angkutan sawit bertujuan menutupi ongkos angkut.

"Namanya juga cari untung. Jika muatan truk sesuai standar, yakni 8 ton TBS, rugi di ongkos angkut. Makanya kami sering mengangkut TBS dengan muatan rata-rata 13 ton sekali angkut," kata Barlian saat bincang-bincang dengan kabarsawit.com, dua hari lalu.

Menurut Barlian, praktik muatan berlebihan pada truk angkutan sawit merupakan hal yang lazim. Tidak hanya para toke, perusahaan perkebunan kelapa sawit pun kerap melakukan hal itu.

"Untuk mengoptimalkan keuntungan, biaya transportasi bisa dihemat. Lagi pula kalau terlalu banyak truk yang lewat, tak bagus juga, akan berakibat pada kenaikan tarif," ujarnya.

Sayangnya, para pebisnis sawit seolah tidak peduli kalau truk bermuatan berlebih menyebabkan banyak jalan rusak. Sementara biaya perawatan jalan yang lebih tinggi menjadi beban pemerintah.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Kami akan mengambil tindakan tegas terhadap truk sawit yang kelebihan muatan," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, Bambang Agus Supra Budi.

Kendati begitu, Budi tidak menampik bahwa penertiban muatan truk angkutan sawit tidak mudah dilakukan. "Kami akan bekerja sama dengan pihak kepolisian dan instansi terkait lainnya untuk mengatasi masalah ini. Ini bukan persoalan mudah, jadi perlu kerja sama untuk menyelesaikannya," ujarnya.

 

Sementara, Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Bengkulu, Jakfar, juga mengkritik armada angkutan TBS yang sengaja melebihkan muatan.

"Janganlah keserakahan kita membuat rugi orang banyak. Kalau jalan rusak, akan merugikan masyarakat. Citra industri sawit juga jadi jelek," pungkasnya.