https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Besok, Eddy sah Jadi Ketum GAPKI di Istana Wapres

Besok, Eddy sah Jadi Ketum GAPKI di Istana Wapres

Ketua Umum GAPKI terpilih, Eddy Martono (kaca mata).

Jakarta, kabarsawit.com - Jika tidak ada aral melintang, kepengurusan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) periode 2023-2028, akan dikukuhkan di Istana Wakil Presiden (Wapres) RI pada Rabu (12/4) besok. 

"Insya Allah, besok di Istana Wapres," kata Ketua Umum GAPKI terpilih, Eddy Martono kepada kabarsawit.com, Selasa (11/4).

Meski begitu, Eddy masih enggan merilis siapa-siapa nama anggota yang masuk dikepengurusannya. Bahkan juga struktur GAPKI periode 2023-2028.

"Untuk struktur dan nama-nama besok baru bisa direlease," imbuhnya.

Untuk diketahui, Eddy terpilih dalam Musyawarah Nasional (Munas) GAPKI ke-XI pada awal Maret 2023 lalu. Dimana sebelumnya ada beberapa calon ketua umum yang diusulkan termasuk Eddy dalam munas tersebut.

Yakni Dwi Sutoro, Hadi Sugeng, Susanto Yang, Dwi Dharmawan, Kacuk Sumarto, Bambang Aria Wisena, Mona Surya, Mustafa Daulay, Tjokro Putro Wibowo dan Eddy Martono.

Namun saat dikonfirmasi kesediannya maka haya 6 nama yang maju. Yakni Eddy Martono, Susanto Yang, Hadi Sugeng, Mona Surya, Tjokro Putro Wibowo, dan Dwi Dharmawan. Kemudian Tjokro Putro Wibowo mundur.

Sehingga hanya 5 nama yang kemudian maju.  Sementara dari lima nama itu hanya Eddy yang bersedia menjabat sebagai Ketum GAPKI. Akhirnya ia pun ditetapkan sebagai Ketua Umum GAPKI periode 2023-2028 secara aklamasi.

Sementara selama menahkodai GAPKI, Eddy akan fokus pada percepatan PSR dan diplomasi. Target ini seiring dengan pesan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin pada Munas Gapki itu.

"Gapki akan memperkuat kerjasama dengan pemerintah dan petani kelapa sawit," ujarnya kala itu.

Untuk langkah awal lanjutnya, pihaknya akan memperkuat kemitraan dengan petani. Langkah ini menyusul setelah pengurus Gapki periode 2023-2028 dibentuk.

Sementara alasan PSR menjadi prioritas kata Eddy adalah lantaran produksi kebun kelapa sawit di Indonesia sudah stagnan. Sebab sejak tahun 2018 pemerintah lakukan moratorium total sehingga tidak ada penambahan luas perkebunan kelapa sawit secara nasional. Sementara konsumsi terus mengalami kenaikan. 

Eddy juga khawatir terjadinya persaingan antara kebutuhan energi dan pangan yang berbahan baku turunan kelapa sawit. "Tentu jalan terbaik adalah meningkatkan produktivitas melalui PSR tadi," jelasnya.