https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Menteri Perindustrian: Nilai Ekonomi Kelapa Sawit Diperkirakan Tembus Rp 775 Triliun di 2024

Menteri Perindustrian: Nilai Ekonomi Kelapa Sawit Diperkirakan Tembus Rp 775 Triliun di 2024

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. foto: Kemenperin

Jakarta, kabarsawit.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimis bahwa nilai keekonomian berbasis kelapa sawit dari hulu ke hilir akan mencapai Rp 775 triliun pada tahun ini.

"Pada akhir tahun 2024, nilai ekonomi kelapa sawit diperkirakan mencapai Rp 775 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2023 yang mencapai Rp 750 triliun," ungkap Agus dalam keterangannya.

Prediksi tersebut didasarkan pada nilai ekonomi sektor sawit pada kuartal II 2024 yang telah mencapai Rp 193 triliun. Sementara itu, data produk domestik bruto (PDB) nasional untuk kuartal II 2024 tercatat sebesar Rp 5,536 triliun, dengan kontribusi sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya sekitar 3,5%.

 "Nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai US$ 28,45 miliar atau sekitar Rp 450 triliun. Ini setara dengan 11,6% dari total ekspor nonmigas," paparnya.

Dia menambahkan, industri sawit menyerap 16,2 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung, termasuk melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat/smallholders, sebagai center point kebijakan nasional.

"Semua hal tersebut sejalan dengan kerangka kebijakan hilirisasi yang kita harapkan mampu mendorong tidak hanya nilai tambah produk, tetapi juga penyerapan tenaga kerja, serta diversifikasi ekonomi," tuturnya.

Menurutnya, besarnya kontribusi besar industri sawit bagi ekonomi nasional disebabkan pemerintah terus gencar melakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah.

Industri kelapa sawit saat ini telah mampu menghasilkan produk turunan berupa pangan (oleofood), nonpangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial).

"Kami juga terus mengarahkan pengembangan produk hilir minyak sawit ke produk yang memiliki specialties seperti deterjen cair, kosmetik, cat, serta farmasi. Dengan begitu, sawit mampu menghasilkan nilai tambah hingga 580%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan CPO dan CPKO yang hanya 30% hingga 50%," ungkapnya.

Adapun untuk produk hilir berupa biomassa, pengembangannya diarahkan ke produk derivatif seperti dimethyl eter (DME) yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (elpiji). Selain itu juga produk seperti kapasitor, biokatalis, serta ethanol G-2.

"Produk turunan yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit dalam negeri telah meningkat dari awalnya 48 jenis di tahun 2011 menjadi lebih dari 193 jenis di tahun 2023. Bahkan terakhir terdapat 200 jenis," tukasnya.

"Bisa dilihat betapa pentingnya hilirisasi kelapa sawit yang bisa menjawab tantangan keluar dari middle income trap" tutupnya.