https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Bertanam Kopi Lebih Menjanjikan Dibandingkan Sawit?

Bertanam Kopi Lebih Menjanjikan Dibandingkan Sawit?

Kepala Desa Mundam Marap, Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Eko Saputra sukses budidaya tanaman kopi. Foto: IST

Bengkulu, kabarsawit.com - Di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, beberapa petani percaya bahwa kopi lebih menguntungkan daripada kelapa sawit. Soalnya bukan hanya karena kopi menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada kelapa sawit, tetapi juga karena tanaman lain dapat ditanam di perkebunan kopi.

Menurut Eko Saputra, Kepala Desa Mundum Marap, Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, beberapa petani di Kabupaten Mukomuko mulai beralih ke budidaya kopi. Saat ini, Eko mengelola kebun kopi di Desa Retak Mudik, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Mukomuko.

“Beberapa petani kelapa sawit beralih ke kopi, saya pun juga,” tukas Eko, Minggu (7/4).

Menurut Eko, hasil uji coba perkebunan kopi yang dilakukannya pada tahun 2019 di lahan seluas satu hektar cukup mengejutkan. "Hasil dari satu kali panen bisa dibandingkan dengan pendapatan dari satu hektar kebun kelapa sawit.

“Satu hektar bibit kopi dapat menghasilkan dua ton tanpa perawatan yang tidak full. Dengan harga kopi Rp 20.000 per kilogram, saya bisa dapat Rp 40 juta per panen," ujar Eko.

Menurut Eko, keuntungan bertani kopi juga terlihat dari efisiensi pemanfaatan lahan. Selain untuk panen kopi, lahan tersebut dapat digunakan untuk menanam tanaman lain seperti kencur, durian, nangka dan rambutan.

"Di kebun kopi saya, saya juga menanam jengkol, durian dan rambutan,” ucapnya.

Namun, Eko tidak mendorong masyarakat atau petani kelapa sawit untuk beralih ke kopi. Namun ia ingin menunjukkan bahwa pohon kopi dapat hidup dan tumbuh dengan baik di Mukomuko.

"Saya sudah membuktikan tanaman kopi bisa hidup di Mukomuko," tambahnya.

Walaupun bibit kopi sering dianggap membutuhkan perawatan yang sulit setelah dipanen, namun Eko menekankan bahwa itu semua tergantung pada petani.

"Bahkan bisa langsung dijual setelah panen tanpa harus dikeringkan," pungkasnya.