https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Benih Berkualitas Banyak Tapi Sulit Didapat

Benih Berkualitas Banyak Tapi Sulit Didapat

Ketua DPD APKASINDO Merangin, Joko Wahyono di penangkar bibit sawit. (Ist)

Jambi, kabarsawit.com - Ada alasan mengapa petani memilih benih yang tidak bersertifikat. Selain harganya yang lebih mahal, petani juga harus melalui banyak proses panjang untuk mendapatkan benih unggul tersebut.

Ketua DPD APKASINDO Kabupaten Merangin, Jambi, Joko Wahyono mengatakan para penangkar di daerahnya memang banyak menyediakan ketersediaan benih kelapa sawit berkualitas. Namun, petani membutuhkan kesabaran lebih untuk mendapatkannya.

“Bagi para penangkar sendiri, prosesnya cukup panjang. Setelah bibit keluar dari PPKS, mereka harus menjalani karantina terlebih dahulu. Setelah itu baru dikirim untuk diberi label. Jadi petani yang ingin membeli harus melalui proses tertentu," katanya kepada kabarsawit.com, Kamis (4/1).

Menurut Joko, persyaratan ini sering disampaikan kepada petani. Khususnya, petani harus memesan benih jauh-jauh hari.

“Kami tidak hanya bekerja sama dengan petani, tetapi juga dengan penangkar. Bahkan, kami selalu meminta disbun untuk menjadi pelatih bagi para penangkar untuk mengatasi masalah ini," jelasnya.

Mengenai harga, bibit bersertifikat biasanya ditawarkan oleh para penangkar dengan harga Rp 55.000 per batang. Harga ini untuk bibit kelapa sawit berumur sembilan bulan.

Untuk penangkar di wilayah Merangin, ada varietas CV Putra Tre Cindo Mandiri yang dikontrol dan dikembangbiakkan langsung oleh Disbun. Varietas tersebut antara lain Simalungun dan Nusantara Satu, yang saat ini sedang diseleksi dalam program PSR.

“Kami berharap para petani akan lebih berhati-hati dalam membeli benih ini. Setidaknya mereka harus mencoba membeli dari penangkar resmi yang terdaftar di Disbun. Karena jika dilakukan dengan benar, petani akan mendapatkan hasil setidaknya 22 bulan setelah tanam," jelasnya.

Kami juga ingin agar Disbun aktif melakukan pengawasan bibit sawit di lapangan. Karena tidak sedikit petani yang tertipu oleh perdagangan bibit palsu yang tentunya merugikan petani," tambahnya.