https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Komentar Gubernur Bengkulu Soal Bibit Sawit Abal-abal

Komentar Gubernur Bengkulu Soal Bibit Sawit Abal-abal

Bibit kelapa sawit. foto : Disbun Sumsel

Bengkulu, kabarsawit.com - Petani kelapa sawit di Bengkulu perlu berhati-hati dalam memilih bibit untuk perkebunan. Penggunaan bibit kelapa sawit yang asal-asalan berdampak signifikan terhadap produksi TBS.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, petani kelapa sawit sebaiknya menghindari menanam bibit kelapa sawit dari pembibitan sendiri. Hal ini dikarenakan kualitas bibit kelapa sawit yang ditanam di pembibitan sendiri berbeda dengan bibit unggul bersertifikat.

“Dari segi kualitas, bibit yang kita tanam sendiri dengan bibit unggul yang dihasilkan oleh petani resmi jelas berbeda," ujar Rohidin, kemarin.

Bibit kelapa sawit unggul bersertifikat seperti Simalungun, Yangambi, dan Sriwijaya terbukti dapat menghasilkan buah sawit hingga 4 ton per hektar. Sebaliknya, bibit yang ditanam sendiri hanya menghasilkan 800 kilogram atau dalam kondisi yang paling menguntungkan, 1 ton per hektar.

“Berinvestasi pada bibit kelapa sawit bersertifikat adalah langkah cerdas yang akan membawa banyak manfaat bagi petani," katanya.

Petani Bengkulu harus menyadari bahwa bibit kelapa sawit merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan.

“Kami terus mendorong petani untuk menggunakan bibit bersertifikat dengan kualitas unggul. Untuk apa memiliki kebun kelapa sawit yang luas jika bibitnya bukan yang terbaik? Karena hasilnya tidak akan maksimal dan kelapa sawit umumnya tidak akan berbuah," tambahnya.

Menurutnya, pemerintah provinsi Bengkulu akan mempermudah petani untuk mendapatkan bibit kelapa sawit bersertifikat. Salah satu caranya adalah dengan memberikan subsidi dan bahkan memberikan bibit berkualitas secara gratis kepada petani kelapa sawit di daerah tersebut.

“Hal ini akan berkontribusi pada kesejahteraan petani di wilayah Bengkulu dan pertumbuhan ekonomi daerah," pungkasnya.