Perusahaan ini Siapkan Rp 800 Milyar Bangun Wilayah Industri Sawit
Samarinda, kabarsawit.com - Proses hilirisasi sawit di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) masih berlangsung. Ada investasi baru yang masuk ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
PT Energi Argo Investama (EAI), investor baru, berkolaborasi dengan PT Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), pengelola kawasan, untuk investasi dan penggunaan tanah industri pada 31 Juli 2023.
PT EAI menyiapkan lebih dari Rp 800 milyar untuk membangun wilayah industri. Pertama, limbah sawit diolah. Selanjutnya, dibangun pabrik untuk mengolah minyak sawit (CPO) menjadi minyak goreng dan lokasi penyimpanannya.
PT EAI juga akan membangun pabrik biodiesel dan fasilitas untuk mengolah limbah industri menjadi bahan siap pakai. Proyek ini direncanakan dibangun dalam lima tahap dalam waktu empat tahun.
PT Palma Serasih Internasional (PSI), yang juga merupakan perusahaan kelapa sawit, adalah investor pertama yang masuk ke KEK Maloy dan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 55 miliar untuk membangun Bulking Station CPO, yang saat ini sedang dibangun. Setelahnya, PT EAI merupakan investor kedua.
KEK Maloy, yang dikelola bersama oleh Pemprov Kaltim dan Pemkab Kutai Timur diapresiasi oleh Sri Wahyuni, Sekdaprov Kaltim.
“Diharapkan bahwa kerja sama yang ada di KEK Maloy akan mendorong lebih banyak pelaku usaha untuk berinvestasi, memungkinkan kerja sama ekonomi yang lebih besar di wilayah bisnis lainnya di Kaltim. Kawasan Industri Kariangau di Balikpapan dan Buluminung di Penajam Paser Utara,” ungkapnya, kemarin.
Menurutnya, PT MBTK, yang saat ini merupakan anak perusda PT Melati Bhakti Satya (MBS), akan diubah menjadi badan usaha milik daerah (BUMD) oleh pemerintah Provinsi Kaltim.
“Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa investor yang sudah bergabung tidak akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan bisnis mereka di KEK Maloy,” ujarnya.
“Ketika status PT MBTK meningkat, diharapkan investor yang masuk akan lebih banyak dan memiliki keyakinan yang lebih besar untuk menanamkan modal. Ini akan membantu pertumbuhan ekonomi komunitas Benua Etam. Selain itu, pembangunan KEK Maloy bekerja sama dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara,” lanjutnya.
Selain itu, dia mengatakan bahwa masalah terbesar di Kaltim adalah memungkinkan pengembangan hilirisasi di wilayah ekonomi khusus. "Semoga dengan status pengelola yang terus meningkat, maka hilirisasi di KEK Maloy semakin banyak."
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 Tahun 2014 menetapkan KEK Maloy menjadi pusat hilirisasi industri kelapa sawit, gas, batu bara, kayu, dan mineral. Lokasinya sangat strategis karena berada di jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II), yang merupakan jalur perdagangan regional dan internasional yang melintasi Kalimantan.