https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Rata-rata Buruh Sawit Perokok Aktif, BPS: Penyebab Kemiskinan!

Rata-rata Buruh Sawit Perokok Aktif, BPS: Penyebab Kemiskinan!

Ilustrasi-buruh harian sawit merokok.

Bengkulu, kabarsawit.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang tahun 2022 ada 292 ribu penduduk miskin di Bengkulu. Dari jumlah itu 14,34 persen di antaranya merupakan penduduk desa yang berprofesi sebagai buruh panen kelapa sawit.

Fakta yang lebih mencengangkan lagi, sebagian besar penduduk miskin di daerah adalah perokok.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Bengkulu, Budi Kurniawan pun tidak membantah hal itu. Bahkan ia menyebut, penduduk miskin di Bengkulu dengan penghasilan di bawah Rp624.652 per kapita, masih memilik daya konsumsi tembakau jenis rokok kretek filter yang tinggi setelah beras. 

"Kami belum tahu angka pastinya. Namun sebagian besar di antaranya adalah buruh panen sawit yang tinggal di pedesaan sebesar 11,18 persen," kata Budi kepada kabarsawit.com, Selasa (17/1).

Budi mengatakan, belanja rokok kretek filter menjadi bagian dari total pengeluaran rumah tangga per kapita yang digunakan BPS untuk mengukur tingkat kesejahteraan sebuah rumah tangga, termasuk menentukan suatu keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan.

"Besarnya sumbangan komoditi non pangan ini terhadap kemiskinan di Bengkulu berlangsung berturut-turut sejak September 2021. Dari situ, buruh panen dengan pendapatan di garis kemiskinan adalah perokok aktif," kata dia.

Selain itu, Budi mengungkap meski harga rokok dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, jumlah konsumsi rokok oleh keluarga miskin terus bertambah.

"Meski begitu, kebutuhan penduduk miskin terhadap kebutuhan makanan secara total masih jauh lebih tinggi dari pada bukan makanan yakni 73,19 persen banding 26,81 persen," kata Budi. 

Budi pun menyambut baik jika ada kebijakan pembatasan pembelian rokok kretek dari batangan menjadi bungkusan. Dengan begitu kedepan penduduk miskin di Bengkulu tidak lagi merokok.

"Maka nantinya, ketergantungan masyarakat terhadap rokok berkurang sehingga uangnya bisa beralih ke yang lain," tukasnya.