https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Petani Sawit di Bengkulu Kapok Beli Pupuk Sistem MLM

Petani Sawit di Bengkulu Kapok Beli Pupuk Sistem MLM

Petani di Provinsi Bengkulu.

Bengkulu, kabarsawit.com - Petani sawit di Bengkulu mengaku kapok membeli pupuk dengan sistem Multi Level Marketing (MLM). Pasalnya selain harus membeli pupuk dengan harga mahal, produktivitas tanaman kelapa sawit juga tidak meningkat signifikan. Bahkan beberapa tanaman kelapa sawit hingga saat ini belum juga menghasilkan buah.

Petani Sawit di Kabupaten Bengkulu Utara, Budi Santoso mengaku, pernah memanfaatkan pupuk yang dijual dengan sistem MLM. Namun hasilnya tidak seperti yang dijanjikan pada saat promosi.

"Awalnya beli pupuk itu karena mereka bilang kualitasnya mumpuni dan mampu membuat tanaman kelapa sawit berbuah lebat, eh taunya ga sama sekali," kata Budi, kemarin.

Sementara itu, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Bickman SH MH mengingatkan agar petani untuk berhati-hati dalam membeli pupuk dengan sistem MLM. Menurutnya, saat ini terdapat oknum yang menjual pupuk dengan sistem MLM yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan pupuk non-subsidi.

"Jadi hati-hati, jangan sampai beli pupuk dengan sistem MLM malah membuat petani semakin rugi karen harganya lebih mahal dari pupuk non subsidi," kata Bickman.

Ia mengaku, harga pupuk non subsidi paling mahal mencapai Rp 1.3 juta per sak ukuran 50 kilogram. Sementara pupuk dengan sistem MLM itu sesuai dengan paket yang dibeli, dimana 1 paket dihargai Rp 2,5 juta. Setiap 1 paket pupuk tersebut berisi 14 box dimana berat 1 box mencapai 1 kilogram. Artinya dalam 1 paket hanya mampu mendapatkan pupuk sebanyak 14 kilogram.

"Mereka berdalih 1 hektar cukup 1 paket, padahal itu belum kita uji, apakah benar-benar menghasilkan atau tidak, karena keberhasilan pupuk itu tergantung kandungan yang diberikan ke tanaman," kata Bickman.

Bickman menambahkan, petani seharusnya membeli pupuk langsung dari agen resmi atau koperasi yang telah terpercaya. Menurut Bickman, pupuk yang dijual dengan sistem MLM tersebut sebenarnya sama saja dengan pupuk non-subsidi yang dijual di pasar, tapi dengan harga lebih mahal.

 

Hal ini dikarenakan ada pihak-pihak yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan dengan menjual pupuk dengan harga yang tinggi dan menawarkan iming-iming bonus yang menarik.

"Pupuk itu sebenarnya sama saja seperti pupuk di pasar, tapi karena ada pihak-pihak yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan dengan menjual pupuk dengan harga yang tinggi dan menawarkan iming-iming bonus yang menarik makanya banyak petani sawit terjebak," tuturnya.

Ia juga mengingatkan bahwa pupuk non subsidi lebih baik dibeli oleh petani dibandingkan pupuk dengan sistem MLM. Oleh sebab itu, pihaknya meminta agar petani bisa lebih berhati-hati.

"Saya minta kepada para petani untuk berhati-hati dalam membeli pupuk dengan sistem MLM. Sebaiknya petani membeli langsung dari agen resmi atau koperasi yang terpercaya," kata Bickman.

Terakhir Bickman menambahkan bahwa petani sebaiknya memanfaatkan pupuk organik. Menurutnya, pupuk organik dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan pupuk non subsidi dan pupuk MLM.

"Pakailah pupuk organik saja, tidak perlu pakai non subsidi ataupun yang dengan sistem MLM," pungkasnya.