https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Biaya Pemanen Sawit Mahal, Petani Pilih Panen Sendiri

Biaya Pemanen Sawit Mahal, Petani Pilih Panen Sendiri

Aktifitas pemanen sawit. foto: sangun doya

Bengkulu, kabarsawit.com – Upah pemanen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dirasa cukup mahal, pemilik kebun lebih memilih manen sendiri.

Baiaya pemanen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bengkulu cukup mahal. Rata-rata mencapai Rp. 200 ribu per ton. Hal itu membuat beberapa pemilik kebun kelapa sawit memilih untuk memanen buah sawitnya sendiri.

Riskandi (42), pemilik Kebun Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah lebih memilih memanen buah sawitnya sendiri ketimbang harus mengeluarkan biaya pemanen. Sebab menurutnya upah pemanen cukup mahal.

"Untuk biaya pemanen sekarang Rp 200 ribu per ton, makanya sekarang untuk mengurangi duit keluar kami pilih panen buah sawit sendiri," kata Riskandi kepada kabarsawit.com, kemarin (9/1/23).

Menurut Riskandi, mahalnya biaya pemanen kelapa sawit ini sudah mulai sejak tahun 2022 lalu. Tahun sebelumnya biaya pemanen rata-rata hanya sebesar Rp 100 ribu per ton.

"Naiknya upah pemanen ini sudah terjadi sejak tahun lalu, sementara tahun sebelumnya masih dikisaran angka Rp.100 ribu per ton, kalau segitu masih okelah," ujar Riskandi.

Pengakuan Riskandi, kenaikan biaya pemanen sawit di Bengkulu beriringan dengan sempat membaiknya harga TBS kelapa sawit tahun lalu yang tembus menyentuh angka Rp. 3 ribu per kilogram.

"Kemungkinan karena harga TBS yang naik itu, tapi tahu sendirilah kebiasaan kita kan,  kalau harga sawit naik maka biaya panen maunya ikut naik juga, sementara pas harga sawit turun biaya panen enggak mau mereka menurunkan," tuturnya.

Riskandi mengatakan, permasalahan ini sudah terjadi sejak pertengahan tahun 2022 lalu, saat pemerintah membikin kebijakan pelarangan ekspor CPO menyebabkan harga TBS kelapa sawit petani jadi anjlok, dari harga sebelumnya Rp. 3 ribu per kilogram hanya tinggal Rp 500 per kilogram.

"Itu terasa sekali kami, pada waktu harga TBS anjlok hingga Rp.500 per kilogram, sementara biaya pemanen enggak mau menyesuaikan, mereka tetap dibandrol Rp. 200 ribu per ton, akhirnya ya kami petik sendiri sampai hari ini," tutupnya.